Manusia sudah mengenal fashion dari berabad-abad lalu. Diawali dengan pakaian-pakaian sederhana yang terbuat dari kulit kayu ataupun kulit binatang. Kemudian seiring dengan perkembangan peradaban manusia, maka cara berpakaian mereka pun semakin berubah dan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dari sebelumnya. Manusia mulai mengenal kain dan menciptakan sebuah baju yang lebih layak dan lebih bisa melindungi mereka dari cuaca.

Masyarakat Eropa dan Amerika adalah masyarakat yang sangat concern dengan perkembangan fashion mereka. Meski pada awalnya fashion Eropa dan Amerika lebih menitikberatkan pada perkembangan baju para laki-laki namun, kedepannya perkembangan fashion wanita ternyata jauh lebih pesat dari yang dibayangkan. Semakin lama fashion wanita menjadi terpengaruh pada image kecantikan yang terjadi pada masa tertentu. 

Pada abad XV, citra wanita keibuan menjadi tolok ukur kecantikan, sehingga fashion yang berkembang pada masa itu adalah model gaun yang bertumpuk-tumpuk, dengan garis bulat melingkar tubuh dan menekankan perhatian utama pada dada dan perut, serta di dominasi warna-warna kuat dan terang. Fashion berkembang pada abad ke XIX, dimana kain bertumpuk-tumpuk dan warna terang mulai ditinggalkan. Wanita pada jaman tersebut akan dikatakan cantik apabila mereka memiliki image rapuh. Maka tumbuhlah fashion yang menggambarkan kerapuhan wanita. Dengan pemilihan kain tipis yang mudah rusak beserta warna-warna pucat, benar-benar menggambarkan kerapuhan wanita yang sesungguhnya.

Ditambah lagi belahan dada yang sangat rendah yang membuat wanita gampang sekali terserang flu pada saat musim dingin. Sekitar tahun 1830-an munculah fashion yang bermaksud hendak melindungi wanita dari cuaca, maka lahirlah korset pada masa itu. Korset sebagai pakaian yang berfungsi sebagai pakaian dalam wanita memang dapat melindungi wanita dari cuaca, tapi dampaknya, si pemakai akan sangat tersiksa dengan ketatnya korset yang mereka pakai. Korset pun sebenarnya memiliki perkembangannya sendiri, di mulai dari korset yang memiliki penyangga dari besi, hingga kemudian berubah menjadi tulang ikan hiu, namun kesemuanya adalah bahan-bahan yang tidak benar-benar membuat wanita merasa nyaman.
Wanita cantik pada masa ini masih digambarkan wanita yang lemah dan tidak berdaya, wanita dengan perut yang sangat langsing dengan korset yang menekan, dan wanita yang mudah pingsan untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Hal ini juga yang digambarkan Margaret Mitchell pada novel-nya Gone with the Wind. Yang mana sosok wanita cantik dan menarik perhatian adalah wanita yang lemah dan tidak berdaya.

Namun sebenarnya tidak semuanya, itu hanya penggambaran sosok wanita Amerika awal abad ke-20 yang tinggal di Amerika bagian Selatan. Sementara untuk para wanita Amerika yang tinggal pada Amerika bagian Utara tidak memiliki streotipe seperti demikian. Hal ini dikarenakan kultur Amerika Utara yang mana masyarakatnya adalah masyarakat pekerja, begitu pula dengan para wanitanya. Hal ini terlihat pada penggambaran karakter pada novel Little House on the Prairie, karya Laura Ingalls Wilder. Di sini digambarkan bahwa para wanitanya cukup mengenakan baju kerja seadanya dan hanya menggunakan baju-baju indah yang dirasa perlu hanya pada saat moment-moment tertentu.

Masa-masa ini adalah masa pada awal abad ke-20, wanita sudah mulai mengeksplosasi dan membebaskan gay berpakaian mereka, tapi korset masih belum bisa ditinggalkan. Masa ini disebut masa “Belle Epoque” (atau yang biasa disebut gaya ala perancis), menitik beratkan pada siluet S-bend atau menonjolkan dada dan pinggulnya, dan masih dihiasi payet-payet serta renda-renda di sekitarnnya, sehingga masih terkesan nampak boros dn tidak paktis.

Memasuki tahun 1920-an, fashion sudah memihak pada wanita, korset-korset mulai ditinggalkan, sementara potongan baju sudah berubah menjadi di longgar dan tidak menyiksa, celana panjang pun mulai dikenakan yang diawali dengan yang berbentuk kulot. Wanita tidak perlu lagi merasa tersiksa dengan b aju yang ketat dan berat.

Berbicara mengenai perkembangan Trend Fashion di Indonesia, tidak terlepas dari nama-nama desainer atau perancang busana dan peristiwa yang terjadi pada masa perkembangan dunia fashion Indonesia. Secara historis, sejak 700-1000 SM, tekstil dan kain telah didokumentasikan sebagai salah satu produk penting yang dipertukarkan atau diperdagangkan antara bangsa-bangsa dan kerajaan di Asia Tenggara. Sebagai contoh, Kerajaan Sriwijaya (Palembang) memperdagangkan sumber daya alamnya untuk untuk ditukar dengan sutra dan gerabah dari Cina, dan dengan India, mereka menukarkannya untuk kapas.

Definisi Tren Fashion

Definisi Fashion adalah setiap mode pakaian atau perhiasan yang populer selama waktu tertentu atau pada tempat tertentu. Istilah fashion sering digunakan dalam arti positif, sebagai sinonim untuk glamour, keindahan dan gaya atau style yang terus mengalamai perubahan dari satu periode ke periode berikutnya, dari generasi ke generasi. Juga berfungsi sebagai refleksi dari status sosial dan ekonomi, fungsi yang menjelaskan popularitas banyak gaya sepanjang sejarah kostum. Fashion atau mode semakin menjadi industri yang menguntungkan di dunia Internasional sebagai akibat dari munculnya rumah-rumah mode terkenal di dunia dan majalah fashion.

Trend dan musim fashion sebagian besar didorong oleh perancang busana yang membuat dan menghasilkan artikel pakaian. Dalam hal ini istilah Bisnis Fashion akan digunakan dalam arti bisnis yang berhubungan dengan pakaian modis atau pakaian sebagai industri kreatif yang diciptakan dan diproduksi oleh perancang busana. Tidak ada yang menyangkal bahwa karya perancang busana memiliki kontribusi besar untuk industri garmen, karena saat ini para pengusaha garmen akan perlu menggunakan keahlian para desainer 'untuk selalu up to date agar tidak ketinggalan dengan trend fashion dunia.

Titik Awal Perkembangan Fashion Indonesia

Perkembangan Trend Fashion di Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya Eropa dan Asia terutama Busana Korea belakangan ini. Fashion di Indonesia telah berkembang dengan baik dalam sejarah. Sejak munculnya Non Kawilarang dan Peter Sie , pada tahun 1960, dunia mode Indonesia telah menunjukkan potensi dan bakat yang luar biasa. Dalam perkembangan awalnya Fashion Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan yang digunakan maupun desain. Secara usia, orang tua di Indonesia umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk menghadiri acara khusus, berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil dengan mode gaya barat atau gaya busana korea. Sejak saat itu busana tradisional secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat ini.

Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry Dharsono, Prajudi, Poppy Dharsono dan Ramli yang telah memberikan signal dalam Dunia Fashion Indonesia kepada dunia internasional melalui penciptaan mereka dan parade fashion di dalam maupun di luar negeri. Dalam dekade tersebut, dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan yang cukup besar. Upaya dan kerja keras dari para desainer muda didukung oleh terbitnya majalah wanita "Femina", majalah wanita baru yang dimulai penerbitan pada tahun 1972, yang banyak memberikan perhatian serius terhadap dunia mode dengan menghadirkan berita trend fashion dunia, sehingga memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion nasional di era ini.

Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola majalah tersebut dan memprakarsai Lomba Fashion Desainer pertama Tahunan pada tahun 1979. Acara ini menjadi peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak desainer muda  berbakat seperti Samuel Wattimena, Chossy Latu, Carmanita, Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy, menambah daftar desainer yang ada seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan, Adrianto Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais dan Itang Yunaz.

Nama mereka telah menjadikan titik sejarah untuk pengembangan industri fashion Indonesia. Pada masa itu, peluang besar bagi perancang busana untuk mengembangkan design-nya disupport oleh Pemerintah Indonesia. Departemen Perdagangan misalnya, mereka terlibat dalam pameran internasional, pameran perdagangan, serta misi budaya, terutama di negara mode terkemuka seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan Australia.


Busana Indonesia Modern

Pada tahun 1990-an ketika isu-isu globalisasi dan perkembangan teknologi media modern seperti internet, mempermudah para desainer untuk mengakses berita mengenai perkembangan dunia fashion dan trend telah banyak membantu para desainer dalam menciptakan variasi fashion terutama dalam mengadopsi gaya barat yang glamor. Misalnya Sebastian Gunawan, yang memperkenalkan gaun pesta dengan manik-manik dan kristal cantik, menjadi terkenal dan membawa inspirasi positif untuk desainer lain seperti Biyan, Arantxa Adi, Adjie Notonegoro dan Eddy Betty. Sampai sekarang, manik-manik dan kristal sebagai aksesoris fashion masih digemari di Indonesia.

Pada tahun 2000-an nama-nama baru lebih memperkaya daftar panjang desainer berbakat Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri dan gaya independen seperti Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan. Sementara yang lain membuat desain gaya barat, Edward Hutabarat dan Anne Avantie mendedikasikan kreasi mereka dengan mendesign kostum tradisional "Blus Kebaya" dengan sentuhan modern. Sehingga membuat busana tradisional Indonesia terlahir kembali dan dicintai oleh kalangan muda sehingga mereka lebih menghargai seni tradisional.

Demikian Rangkuman Sejarah Perkembangan Dunia Fashion di Indonesia dengan nama-nama Fashion Desainer yang terlibat didalamnya. Semoga dapat menjadikan inspirasi bagi perkembangan dunia fashion yang lebih maju.

Tren Fashion dari masa ke masa..

Fashion selalu berkembang sesuai zaman. Dunia fashion tidak mudah untuk diprediksi. Tiap generasi, tiap dekade, tiap tahun dan bahkan tiap musim memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda. Tak terbayang begitu melelahkannya mereka yang begitu obsesif mengikuti perkembangan mode. Maksudnya setiap ada pergantian mode selalu diikuti. Tidak jarang banyak orang yang menjadi korban mode. Yang paling menyedihkan lagi jika hidupnya tidak mementingkan hal- hal lain selain fashion karena prinsipnya “life is all about fashion”.

Sebenarnya jika dicermati, tren mode hanya berputar. Jika melihat dari model dasarnya, desain baju sebenarnya tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, hanya bumbunya saja yang bergeser, itu jika dilihat dari buku- buku mode. Tren mode hanya berputar, misalnya mode di tahun X akan kembali booming di tahun A.

FASHION TAHUN 20AN

"History of The Flapper Dress"

Tahun itu merupakan tahun “kebangkitan” dan emansipasi wanita dalam dunia fashion yang kini mewarnai dan mempercantik penampilan kita. Salah satu model pakaian yang paling menonjol dalam tahun kebangkitan itu adalah flapper dress. Beragam arti pun tersimpan dalam pengertian flapper.

a.  Pertama, flapper diartikan seekor anak burung yang sudah ditumbuhi bulu-bulu halus dan     sedang belajar mengepakan sayap untuk terbang.
b.  Flapper juga dimaknai sebagai seorang wanita dalam masa tanggung (belum dewasa, namun sudah bukan anak-anak lagi).
c.  Makna lainnya, flapper juga digambarkan sebagai seorang wanita muda yang berkesan mandiri, bebas, sensual, berani dengan tantangan, dan ceria.

Selain itu, istilah flapper dalam versi lain muncul karena gaya berbusana yang minim, dengan sepatu boots yang dilonggarkan sehingga berbunyi ‘flap-flap’ saat dipakai ketika berjalan. Flapper sendiri kemudian dijadikan sebuah sebutan untuk sebuah dress yang populer hingga saat ini. Inilah flapper dress :

Panjang Rok Di tahun 20an

Panjang rok wanita sudah mulai naik hingga sebetis (sudah gak selalu panjang hingga menyentuh lantai). Modifikasi panjang rok ini pun terus berubah-ubah hingga di sekitar tahun 1926-1928 panjang rok setinggi lutut pun muncul dan menjadi rok terpendek dalam sejarah. Karena itulah, pada umumnya panjang dari flapper dress adalah selutut hingga sebetis.

Garis Pinggang 
Garis pinggang pakaian di tahun 1920-an masih berpotongan di pinggang. Namun seiring berjalannya waktu, di tahun 1924, potongan pinggang pada pakaian pun turun hingga sebatas pinggul. Dan begitulah flapper dress ini dikenal. Dress dengan potongan pinggang di batas pinggul ini memberikan kesan sexy dan menutupi pinggul yang terlihat besar. Di masa inilah awal mula dikenalnya pakaian dengan model sederhana yang praktis. Karena itulah, kebanyakan flapper dress memiliki model pakaian yang simple. Cukup dengan berbagai pilihan warna yang eyecatching, penampilan tetap akan terlihat menarik dan mempesona.

Bahkan hingga kini, dengan dunia fashion yang terus berkembang dan bervariasi, flapper dress, atau gaun yang jatuh melambai dari pinggang ini gak pernah berhenti di zaman tahun 1920. Namun semakin terlihat dengan beragam variasi model di berbagai pagelaran busana ternama seperti Gucci, Alberta Ferretti dan Etro, serta Ralph Lauren.

Saat ini Flapper Dress kembali in, terbukti dari fashion beberapa artis yang tertangkap kamera menggunakan Flapper dress.